Cara Bangkit dari Keterpurukan ala Robert Downey Jr.

4/25/2015

Ia pernah gagal dan merasa jatuh dalam lubang paling dalam semasa hidupnya. Namun ia berhasil bangkit dan menjadikan semua pelajaran hidup sebagai pondasi dalam mempertahankan kesuksesannya.

Publik mengelu-elukan figur berjubah metal itu dengan begitu gegap-gempita. Tanpa sedikit noda rasa takut, gestur angkuh dan penuh rasa percaya diri pun seperti terpancar jelas dari sosok tersebut. Sampai kapan pun sosok lempengan metal solid yang berada di tiap inci kulit Tony Stark itu pasti akan selalu meraih perhatian siapa pun di penjuru dunia mana pun.

Tanpa disangka, hal tersebut ternyata menular ke dalam sosok Robert Downey Jr. Kehebatan Tony Stark dengan begitu kuat menelusup ke dalam kehidupan Robert, membuat namanya begitu harumm padahal sebelumnya aktor ini banyak mendapat citra yang kurang baik di mata banyak orang. Robert berhasil bertransformasi dari sosok yang ditakuti para penggemarnya menjadi bintang sekaligus suami setia dan juga seorang ayah.

Sampai akhirnya muncul sebuah pertanyaan ‘Apakah benar Robert Downey Jr. dan Tony Stark memiliki kesamaan karakter?’ Ya, memang benar Robert punya masa di mana dirinya keluyuran di Beverly Hills tanpa tujuan. Faktanya, ia mirip Lindsay Lohan di masa mudanya: bintang berbakat yang kerap berbuat ulah begitu keluar dari rumah.

Awal Keterpurukan Sang ‘Pahlawan’

Semua bermula ketika dirinya berkenalan dengan narkoba di usia enam tahun dari sang ayah, Robert Downey Sr., yang notabene sutradara bereksistensi saat itu. Sungguh sebuah momen kelam dalam hidupnya. Walau demikian, ayahnya lah yang telah memberikannya peran lewat film Pound pada 1970 ketia ia masih berusia lima tahun.
Robert pun mencoba untuk terus bertahan di jalur akting. Peran-peran dalam film seperti Less Than Zero dan The Pick-up Artist melambungkan namanya sebagai salah satu aktor muda berbakat di era 80an. Bukti dari kesungguhannya berakting pun mulai tampak ketika ia membintangi peran Charlie Chaplin dalam film panjang tentang komedian tersebut dalam film berjudul Chaplin. Aktingnya itu membuat namanya makin diperhitungkan dalam dunia seni peran. Dan Robert pun berhasil menyabet nominasi Oscar Best Actor untuk perang Charlie Chaplin-nya tadi.

Masa kejayaan tersebut tidak berumur panjang. Beberapa saat setelah meraih nominasi tersebut, Robert ditemukan tertidur di tempat tidur tetangganya. Ia rupanya kedapatan sedang mabuk berat hingga membuatnya salah masuk rumah. Ia pun dihukum tiga tahun penjara.

Bebas dari hukuman, pada April 1996, dirinya lagi-lagi ditangkap karena kedapatan membawa heroin, kokain dan 357 magnum, sementara dirinya tengah asyik ngebut di sepanjang Sunset Boulevard, Los Angeles. “Rasanya seperti ada pistol di mulut sementara jari sedang mencoba menarik pelatuknya. Tapi saya sangat suka dengan rasa logam senjata itu,” demikian akunya pada juri kala itu.

Tahun berikutnya, Robert muda gagal lolos tes obat-obatan dan mendekam selama empat bulan di penjara Los Angeles. Dirinya gagal di tes yang sama pada 1999, dan dihukum tiga tahun penjara dengan fasilitas rehabilitasi khusus negara bagian California. Sungguh sebuah masa yang bisa dibilang bagai kisah film panjang dunia gelap seorang bintang.
Robert sekarang hanya bisa mengenang masa-masa kelam itu. “Saya ingat ketika saya masih sangat kecil, mereka (polisi) memborgol saya dari belakang. Lalu saya berusaha melepaskan borgol tersebut dengan cara melewatkan tangan saya ke bawah pantat dan kaki. Saya pun bilang ke para aparat, ’Ini seharusnya bukan masalah besar. Tolong jangan hubungi paman saya, ayah sedang ke luar kota. Ini akan membuatnya marah besar,” cerita Robert mengingat salah satu masa kelamnya.

Bangkit Setelah ‘Koma’

Mulailah sang calon pahlawan baja memulai proses momentumnya. Robert mengikuti program rehabilitasi, meditasi dan ikut olahraga beladiri Wing Chun Kung Fu. Dan Robert pun sembuh total, menyebut titik kulminasi kehidupannya itu sebagai ‘kebangkitan kembali setelah koma selama 20 tahun.

Robert pun hanya bisa menyeringai nakal, ”Saya sekarang tak ingat lagi bagaimana rasanya (teler), meskipun saya harus mengingat beberapa hal untuk memunculkan kejadian-kejadian itu lagi.” Tapi Robert memang masih hidup di dunia nyata, di mana dirinya dikepung oleh ajakan demi ajakan untuk high kembali. Ia belum jauh dari ‘surga’ itu. “Banyak yang seperti itu di sekeliling saya. Saya kerap mencium baunya setiap saat, tapi entah kenapa saya tak ingat lagi rasanya teler seperti dulu,” ujar aktor yang mengakui satu-satunya hal yang membuatnya teler sekarang adalah espresso.

Aktor yang baru saja genap 49 tahun pada 4 April ini, dengan mantap masuk dalam fase kehidupan yang stabil. Kesuksesan yang digenggamnya baru benar-benar diraih pada usia 40an. Masa di mana dirinya sudah begitu banyak mengalami keterpurukan hidup yang ia jadikan pelajaran untuk bangkit dan meraih kesuksesan.

Bagaimana ia berhasil melampaui itu semua? “Semakin tinggi tantangan, semakin senang saya menjalaninya, dan semakin membuat saya menjadi manusia yang lebih baik lagi,” ucapnya dalam suatu kesempatan. Kesuksesan juga sebenarnya terlihat di mata orang-orang yang ditemuinya. “Mereka tahu saya tak akan ‘bersenang-senang’ lagi sekarang. Mereka juga tahu pasti kalau masa-masa itu sudah lewat,” cerocos Robert bijak. ‘Mereka’ yang dimaksud Robert adalah sederet staf aparat keamanan di bandara yang jeli mengetahui apakah Russell Brand atau Lindsay Lohan membawa drugs atau tidak. 

Saat ini, momen paling berharga yang ia rasakan adalah saat dirinya bisa bersantai bersama keluarga. “Itulah kenapa saya bilang kepada para produser film Iron Man, kalau saya perlu istirahat begitu Iron Man 2 selesai. Saya bukanlah orang yang bisa menyelesaikan satu hal dan langsung menyelesaikan hal lain dalam sekejap tanpa istirahat. Saya tak bisa bekerja terus dan merasa semuanya sempurna. Saya perlu kembali ke pelukan istri,” ujarnya saat wawancara di tengah sorak-sorai kesuksesan Iron Man tempo lalu.

Robert mengakui bahwa Susan sangat berperan penting dalam kesuksesannya. “Saya tak akan mau menerima tawaran film jika dirinya tak menyetujuinya. Susan adalah sosok yang paling paling sempurna bagi saya, baik secara kepribadian dan kehebatannya memilah segala sesuatu,” jelas aktor yang sedang shooting sebagai Iron Man kembali via sekuel Avengers ini.

Menerima kenyataan hidup (selain bersenang-senang dan santai) adalah proses yang dijalani Robert belakangan ini. “Saya termasuk orang yang terlambat menjalani proses hidup dibanding orang-orang lain. Beberapa tahun lalu semuanya memang tarasa seperti sebuah pesta, semuanya begitu meriah dan menyenangkan. Tapi begitu sampai di tingkat setinggi ini, semuanya harus diatur dengan baik karena lebih banyak tantangannya,” cerita Robert tentang kehidupannya sekarang ini.

Aktor yang suka mendengarkan Genesis (era awal) ini lebih jauh lagi berbicara tentang prosesnya. “Mereka yang sudah melewati usia 30an dan punya rasa puas akan pencapaian-pencapaian mereka, tak lantas merasa bahagia. Justru karena mereka sudah mengetahui banyak hal, rasa gelisah yang begitu kuat akan mendera mereka,” ujarnya tanpa berusaha menjelaskan bahwa ia sedang menceritakan dirinya sendiri.

Perubahan usia dan mempertahankan kesuksesan memang jadi momok dalam kehidupan setiap pria di mana pun. Dalam hal ini, Robert adalah manusia biasa bukan Iron Man. Ia tak bisa dengan serta-merta mengenakkan kostum bajanya agar terhindar dari kenyataan soal bertambahnya usia.

“Menghadapi rasa gelisah karena berada di puncak sukses adalah sebuah tantangan tersendiri bagi saya. Meski saya pusing dan senewen, saya sadar harus bertanggung-jawab untuk tetap berada di jalur yang semestinya,” ujarnya.

Ya, Robert tak mau gagal lagi, dan tidak mau kembali ke dalam kehidupan lamanya. Namun berada di puncak sukses bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang. “Kenyataan yang diterima bagi kebanyakan orang sukses adalah: waktu yang sempit, berkurangnya momen-momen untuk bisa relaks dan menikmati hidup, dan semua itu bercampur aduk menjadi satu,” ujarnya berusaha realistis, Robert memang harus pintar dalam menyiasati situasi tersebut, karena jika tidak, kemungkinan besar ia akan jatuh di lubang yang sama.

Sindrom sukses bukan saja milik Robert. Hal tersebut menimpa seluruh orang ketika mereka berada di puncak sukses. Tapi Robert kini merasa lebih kuat dengan didampingi dua wanita hebat yang selalu ada di sisinya; Susan sang istri dan Elsie, sang ibu. “Ibu saya mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang membentuk saya menjadi pribadi yang berani dan berdedikasi,” ujarnya, walau ia merasa terlambat menyadarinya.

Robert jelas ingin menyampaikan bahwa seberat apa pun tantangan hidup Anda, dukungan keluarga dan kerabat dekat akan dapat membuat Anda lebih kuat dalam menjalaninya. Dan yang pasti, pengalaman (yang baik maupun yang buruk) adalah pelajaran terbesar dalam meraih kesuksesan. Melewati semua proses tersebut, tak heran jika figur seorang Robert Downey Jr. berubah perlahan menjadi figur eksentrik dan kuat.


Sumber : http://www.bestlife.co.id/lifestyle/the.good.life/cara.bangkit.dari.keterpurukan.ala.robert.downey.jr/004/001/202

Share this

Mencoba untuk berkarya dan berbagi pengalaman seputar ilmu yang sudah saya pelajari

Previous
Next Post »

Untuk menulis huruf bold silakan gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
Untuk menulis huruf italic silakan gunakan <em></em> atau <i></i>.
Untuk memasukan pesan silahkan gunakan <b rel="quote">Pesan Sobat</b>
Untuk menulis kode HTML silakan gunakan Konversi Kode pada kotak parser di bawah ini.
Dan gunakan Emoticon agar komentar terlihat lebih keren.

Emoticon Off Topic